Diam

Author: Kang Awan /

diammu menginfeksi udara
buat dunia sungkan bersuara
lenganmu kau tarik menjauh tuk merengkuh dirimu sendiri
tak apa,aku mengerti
duka membuatmu demam
kendurkan sejenak lenganmu bila kau merasa berkeringat
aku mengerti kesedihan selalu membawamu pulang ke rahim ibu
tempat engkau meringkuk nyaman sendirian
padahal tidak
ada dunia di sekelilingmu
Ada aku di sampingmu.
Tapi kamu mendamba rasa sendiri itu.
Diammu memapahku ke ujung pertahanan.
Dan akhirnya kutersedak oleh hampa
Tak satu pun boleh menodai diammu
Telan nafas itu.
Bungkus dan simpan di kantong untuk nanti dilarutkan di sungai.
Lamat-lamat, suara ramai membubung,
merubung dunia 4 x 6 meter tempat kita duduk berduka
Kudengar gerundel,
kudengar gerutu,
terkadang batuk,
decak lidah,
hingga teriakan yang membuatku gemetar.
Terakhir, terdengar isak pelan.
Namun siluetmu masih diam sempurna.
Bagaimana mungkin kau jadikan tubuhmu sangkar bagi perasaan?
Bukankah perasaanlah kandang dari jasad ini?
Dalam diammu, akumendengar banyak suara.
Diammu berkata-kata.
Tangisanmu yang tak terlihat merobek ruang waktu
dan menghampiriku dengan caranya sendiri
Mari, kususutkan air mata itu,
kukecup keningmu halus,
dan kutidurkan kepalamu di atas perutku yang hangat
Mari…
Kau dan aku mengembuskan nafas
Tak lagi pengap
Tidak ada yang bergerak
Namun diam itu telah runtuh oleh diam.

0 komentar:

Post a Comment