Dia tak pernah menjadi bijak

Author: Kang Awan /

Dia yang amat gelisah semalam.
Menengadah kepada langit pekat maha luas.
Memutar kepalanya dan sesekali berhenti lalu menyipitkan matanya.
"Nihil," bisik hatinya.

Dimanakah kerlip itu, Cinta?
Yang dulu begitu putih menerangi setiap malamnya.
Begitu dekat menemaninya bermimpi.
Tertutup oleh awankah kerlip itu kini? Bagaimana bisa tak satupun pendarnya menembus Sang Awan?
Pekat.
Bahkan tak ada kerlip lain di langit itu.

Dia yang begitu letih menengadah. Namun dia tetap melakukannya.
Mencari di setiap sudut langit nan hitam.
Dadanya mulai terasa nyeri.
Jemarinya gemetar dan matanya mulai perih, memerah dan menitik air.
Bibirnya tak henti meratap rindu.

Walau sesungguhnya ada dan tetap terang, Sang Cinta tak jua terlihat olehnya.

Dia dibutakan oleh amarahnya sendiri.

Dia tak pernah menjadi bijak.

0 komentar:

Post a Comment