kini ku datangi kau sang biduan,
dengan secangkir malam tertuang merah,
juga senampan senja berwangikan mawar jingga.
aku tak cukup berani
menulis puisi sumbang atau lirik pantun penuh narsis
kau pun tahu, aku adalah pecundang mungil
yang mengulur waktu di balik dekapan hangatmu.
namun kini, ku datangi kau sang biduan
ku temani malammu dengan cinta
dan alunan melodi rindu yang kutumpuk jutaan usia
hanya untukmu, dan denganmu
kan kupanggil jutaan matahari
untuk menerangi sudut tersempitmu, di sana.
tidakkah aku telah pantas menggapai panggungmu, sang biduan ?
kurayu-rayu tiada henti sejak kau memandang jubahku
dan aku terlampau letih menahan dentuman jantung sendiri.
kau, adalah senikmat dunia tanpa dusta
juga seindah syurga tanpa hisab dosa.
datanglah, datanglah, dan terima segunduk rindu
yang tak kubawa pergi, kutinggal di dadamu.
aku tahu, kau tak bisa melukai mimpi
seperti hidup yang terus meminta pengorbanan.
kau tak bisa bertarung bila malam tetap gelap
dan bayangan rembulan terkikis asa dari balik ranting paling rapuh.
aku datang untuk itu, semua itu,
demi sang hati yang semakin tua
menunggu peralihan musim bersemi kembali.
Pengakuan Cinta
Author: Kang Awan /
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment