ketika semua membiru
dalam dekapan langit
walau sang mempelai takdir
teramat lincah di kubangan waktu.
namun, bila mimpi terlalu beraroma pekat
apalah daya semua akan berangsur mendaki
demi sebuah penerjemahan diri.
begitu pula akan suatu senjamu,
melambai pelan di buritan kapal
mengais ombak-ombak rindu
yang tak akan tersentuh malam.
aku percaya itu, sobat !
demi matamu yang berlinang luka
seperti celah embun di batas mayapada,
kau meluas, merangkul tiap hentakan ekspresi itu.
dan aku,
menantimu di hari terakhir
saat semua selalu abadi
dan kehidupan tak terhitung lagi,
setelah kematian yang indah
dan setelah semua berlalu tanpa cela.
aku disana,
memanggil nama kecilmu, berulang kali
menjemput pelukan purba
yang tak pernah kita rasa
di bumi, dan di sepanjang hayat..
Hanya Sahabat
Author: Kang Awan /
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment