Meski kau tak peduli,aku akan terus mencintaimu
Meski kau telah pergi,aku akan terus mengenangmu
Meski kau tak mungkin kembali,aku akan terus mengharapmu
Dengan segenap perasaan yang tumbuh ini,akan terus aku pupuk sampai mati
Segala keindahan yang tumbuh dari perasaan ini akan terus aku jaga
Sebagai keindahan abadi yang kumiliki.
Pada saat-saat tertentu…
Aku akan menyelam kedasar hatiku sendiri
Disana,aku akan selalu menyaksikan dirimu menjadi cahaya yang berkilauan
Menjadi bulan…
Menjadi bintang…
Seperti bulan dan bintang yang bersinar dilangit tinggi
Ia memberikan cahaya bagi kegelapan malam yang kumiliki.
“Meski kau tak terjangkau oleh tanganku,tapi terjangkau oleh pikir dan rasaku….!!!”
Kini…
aku telah merelakan engkau pergi,wanitaku
meski awalnya kepergianmu menimbulkan luka yang perih dihati
“Aku sudah memilih,tapi maaf…Bukan kamu yang kupilih…!!!Aku sudah cukup memberimu kesempatan sebelumnya.Setidaknya,aku sudah pernah menyediakan ruang kosong dihatiku untuk kau isi.Tapi kau seperti tak cukup memiliki keberanian,padahal keberanian itu yang kuharap darimu.Jadi,maafkan kalau akhirnya aku harus pergi.Aku sudah membulatkan tekad,bahwa aku cuma akan pergi dengan lelaki yang punya nyali,punya keberanian sejati…!!!Sebab,hidup dihari-hari kita kedepan bakal lebih banyak lagi membutuhkan keberanian macam itu…!!!Aku doakan kau mendapatkan wanita yang lebih dariku.Aku doakan kau bahagia bersamanya…!!!”Itulah katamu,
Saat kau menemuiku di ujung senja
“Bukankah kau tau,aku Cuma bahagia denganmu dan bukan dengan yang lain.Jika tidak denganmu,maka aku takan pernah dengan siapapun.Hanya kaulah sumber segala gelisahku…!!!”Tapi kamu malah tertawa mendengar ratapku
“Perempuan bukan hanya aku,wahai penyair…!!!”
“Betul,tapi camkan baik-baik…!!!Jika tidak denganmu,aku tidak akan pernah dengan siapapun…!!!”
“Ya sudah jika itu pilihanmu…!!!Tapi saranku,coba buka mata dan hatimu untuk sekelilingmu.Bahwa perempuan bukan hanya aku didunia ini,bahkan dibanding dengan lelaki jumlah perempuan lebih banyak.Engkau bisa memilih satu diantara sekian banyak itu…!!!”
…..
Tidakah kau mengerti,bahwa cinta tidak bisa dipaksakan datangnya???
Sedang sebagai penyair aku punya fanatisme yang agung dalam hal yang satu ini
Seperti halnya puisi yang lahir dari perasaan dan intuisi
Begitupun halnya dengan cinta,perasaan dan intuisilah dasarnya
Dan selama ini…
Hanya kaulah yang mampu menjagakan perasaan dan intuisiku
Tak ada yang lain…!!!
Tapi lagi-lagi,engkau malah tertawa
Lantas malam menyergap relung-relung hati
Sunyi menyergap jiwa
Cahaya bulan dan bintang berkilau begitupun angin berhembus menggigilkan tulang
Aku tau…
Engkau terbang kelangit itu
Merubah wujudmu menjadi kemilau cahaya bulan dan bintang-bintang itu
Kini…
Ribuan puisi kuterbangkan keudara,berputar-putar
Dalam bayangan dan semesta pikiran
Sementara langit yang kemilau oleh cahaya bulan
Gemerlap oleh cahaya gemintang
Wajahmulah itu yang selalu hadir dalam bayangan
Sampai akhirnya kau pun memutuskan untuk pergi jauh
Bersama lelaki yang katamu memiliki keberanian sejati
Kini aku menyadari…
Bahwa cinta tak selamanya harus memiliki dan bersatu
Biarlah kini engkau ku relakan menjelma bait-bait puisi
Walau sebenarnya hatiku:
Perih…Letih…Dan sedih
Tapi itulah agaknya cinta dan rinduku
Itulah agaknya puisi paling indah yang harus kutuliskan
Dalam perjalanan hidupku
Dan bulan dilangit itu…Masih bulan yang dulu
Bintang yang berkelip itu…Masih bintang yang dulu
Ia kini kian nyata dihatiku
Mendengarkan irama puisi pada kehidupanku
Engkaulah bintang itu ChayankQ…!!!
Dan engkaulah pula rembulan itu
Meski tanganku tak sampai menggapaimu
Tapi dihati senantiasa bernyanyi indah
Dan tak lepas memagut
Tak lepas kupeluk
Dan kupagut….!!!
Kini aku baru memahami
ternyata cinta itu seperti pasir
semakin kuat di genggam ia akan mengecil
semakin longgar ia akan terbang tersapu angin
*Dibikin untuk mengenang seorang wanita yang mampu membuat hati ini remuk redam.
Cintamu adalah maya,namun senyummu yang agung,membekas abadi dalam
Hatiku,selamanya…!!!*
“Pojok Sudut Surabaya,saat senja mulai temaran,sinarnya menyinari kerudung yang kau kenakan.
Sementara satu linting ganja yang ku hisap dan satu sloki chivas yang kuteguk,nyaris tertumpah di ujung gang.”
Untuk WANITAKU Yang Memutuskan Pergi
Author: Kang Awan /
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment