Masuk ke dalam pelataran kasih terlarang
Seusai mengkhianati komitmen awal ‘tuk menyerah
Beralasan fobia kepahitan masa silam
Menantang rasio dengan hati berbunga
Berbekal kejayaan emosi buta nan bodoh
Melengkapi sejuta ujar manis tiada arti
Memanfaatkan ruang maya dalam sekat fana
Beranjak naik turun mengikuti alur maju
Tanpa lupa nasib kejam menghantui
Mengingat betapa singkatnya hidup ini
Membayangkan rangkaian rencana waktu
Menahan perih dalam hati nan rapuh
Menghajar kerasnya dinding keterasingan
Mencoba tolerir indahnya perbedaan
Yang sukses mengekang ruang gerak insan
Seringai duri dalam daging mencibir lemahku
Titik cerah pelita hidup itu t’lah pergi menjauh
Menghampiri indahnya dunia yang lebih bersinar
Tapi kau hanya mematung, hening seribu basa
Mengabaikan kehadiranku laksana kenihilan sejati
Tidak ada satu pun kata terucap dari bibirmu
Sungguh kesedihan bukan sebuah pilihan
Masih lebih baik mencegah daripada mengobati
Sudah terlalu kering air mata ini ‘tuk meratapi
Sekarang aku hanya bisa mencari cahya kelam rembulan
Karna mentari hanya kutemukan dalam dirimu seorang
Maafkan kalau aku terlibat terlalu jauh ke dalam
Mulai saat ini bisa kau bawa serta semua kenangan manis
Karna menyisakan walau sedikit hanya ‘kan menyiksa batinku
Aku tak ingin menjadi setitik duka dalam belenggu sukacitamu
Kiasan klasik punggawa sastrawi melipur laraku
“Mencintai memang tidak harus memiliki,” hiburnya
“Tapi segala kebahagiaannya jadi milikku jua,” belaku
Oh, betapa sebuah pukulan telak kembali menghantam
Tentu butuh waktu panjang ‘tuk memulihkannya
Kehidupan ini memang trus bergerak ke depan
Sudah cukup kunikmati proses panjang ini
Tidak mungkin bisa ku harapkan hasilnya
Sampai disini saja perjalanan cintaku
Bertindak gegabah dalam hal ini hanya bawa luka belaka
Bukan materi tapi perasaan yang jadi taruhannya
Aku merasa maka aku ada
Aku Merasa
Author: Kang Awan /
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment